Ketika Cinta Bertasbih bag:2

yang membuat Alexandria begitu menakjubkan. Bukan sema- ta-mata pasir putihnya yang bersih yang membuat Alexandria begitu menawan. Akan tetapi, lebih dari itu, yang membuat segala yang dipandangnya tampak menakjubkan adalah kare- na musim semi sedang bertandang di hatinya. Matahari keba- hagiaan sedang bersinar terang di sana. Bunga bunga kesturi sedang menebar wanginya. Tembang tembang cinta menga- lun di dalam hatinya, memperdengarkan irama terindahnya. Dan penyebab itu semua, tak lain dan tak bukan adalah seo- rang gadis pualam, yang di matanya memiliki kecantikan bu- nga mawar putih yang sedang merekah. Gadis yang di mata - nya seumpama permata safir yang paling indah.

Gadis itu adalah kilau matahari di musim semi. Sosok yang sedang menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Mesir. Gadis yang pesonanya dika- gumi banyak orang. Dikagumi tidak hanya karena kecantikan fisiknya, tapi juga karena kecerdasan dan prestasi-prestasi yang telah diraihnya. Lebih dari itu, gadis itu adalah putri orang nomor satu bagi masyarakat Indonesia di Mesir.

Dialah Eliana Pramesthi Alam. Putri satu -satunya Bapak Duta Besar Republik Indonesia di Mesir. Hampir genap satu tahun gadis itu tinggal di Mesir. Selain untuk menemani kedua orangtuanya, keberadaannya di Negeri Pyramid itu untuk melanjutkan S.2-nya diAmerican University in Cairo (AUC).

Belum begitu lama menghirup udara Mesir, gadis yang memiliki suara jernih itu langsung menunjukkan prestasinya. Kontan, ia langsung jadi pusat perhatian. Sebab baru satu bulan di Cairo, tulisan opininya dalam bahasa Inggris sudah dimuat di koranAhram Gazzette. Opininya menyoroti peran Liga Arab yang mandul dalam memperjuangkan martabat anggota-anggotanya. Liga Arab yang tak punya nyali berha- dapan dengan Israel dan sekutunya. Liga Arab yang hanya bisa bersuara, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Tulisannya rapi
runtut, berkarakter, tajam dan kuat datanya. Orang dengan pengetahuan memadai, akan menilai tulisannya merupakan perpaduan pandangan seorang jurnalis, sastrawan dan diplo- mat ulung.

Karena opininya itulah ia langsung diminta jadi bintang tamu di Nile T V. Di layar Nile T V ia berdebat dengan Sekjen Liga Arab. Hampir seluruh masyarakat Indonesia di Mesir menyaksikan siaran langsung istimewa itu. Baru kali ini ada anak Indonesia berbicara di sebuah forum yang tidak sem- barang orang diundang. Sejak itulah Eliana menjadi bintang yang bersinar di langit cakrawala Mesir, terutama di kalangan mahasiswa Indonesia.

Terhitung, gadis yang menyelesaikan S.l-nya di EHESS Prancis itu sudah tiga kali tampil di layar televesi Mesir. Sekali di NileT V. Dua kali di Channel 2. Wajahnya yang tak kalah pesonanya dengan diva pop dari Lebanon, Nawal Zoughbi, dianggap layak tampil di layar kaca. Selain karena ia memang putri seorang duta besar yang cerdas dan fasih berbahasa Inggris dan Prancis.

Eliana, Putri Pak Dubes itulah yang membuatnya berada di Alexandria dan tidur di hotel berbintang lima selama satu pekan ini. Meskipun ia sudah berulangkali ke Alexandria, namun keberadaannya di Alexandria kali ini ia rasakan begitu istimewa. Ia tidak bisa mengingkari dirinya adalah manusia biasa, bukan malaikat. Ia tak bisa menafikan dirinya adalah pemuda biasa yang bisa berbunga-bunga karena merasa dekat dan dianggap penting oleh seorang gadis cantik dan ter- hormat seperti Eliana. Gadis yang membuat matahari keba- hagiaan sedang bersinar terang di hatinya.

Awalnya adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang mengadakan acara "Pekan Promosi Wisata dan Budaya Indonesia di Alexandria". Beberapa acara pagelaran budaya digelar di Auditorium Alexandria University selama satu pekan. Selama itu juga ada promosi masakan dan makan - an khas Indonesia. Ada empat makanan yang dipromosikan yaitu Nasi Timlo Solo, Sate Madura, Coto Makassar, dan
Empek-empek Palembang. Dan Elianalah yang menjadi pe- nanggung jawab promosi makanan khas Indonesia itu. Semen- tara ia, dikenal sebagai mahasiswa paling mahir memasak. Dan ia dikontrak KBRI untuk membuka stand Nasi Timlo Solo. Mulanya ia menolak. Sebab, dengan begitu ia harus meninggalkan bisnisnya membuat tempe selama semingu. Ia khawatir langganannya kecewa. Namun Putri Dubes itu terus mendesak dan memohon kesediaannya. Akhirnya ia luluh dan bersedia.

Sejak itulah hatinya berbunga-bunga. Sebab sebelum ber- angkat ke Alexandria ia sering ditelpon Eliana. Dan saat di Alexandria hampir tiap hari Eliana datang ke standnya untuk mengontrol, melihat-lihat, atau hanya sekadar untuk menga- jaknya bicara apa saja.
"Aku salut Iho ada mahasiswa yang mandiri seperti Mas
Insinyur." Puji Eliana. Hatinya tersanjung luar biasa.

Bagaimana tidak, gadis jelita itu seolah begitu menghor- matinya. Ia dipanggil dengan panggilan "Mas Insinyur", bu- kan langsung memanggil namanya, atau dengan kata ganti "kamu" atau "Anda". Orang-orang memang biasa memang- gilnya "Mas Khairul", karena namanya Khairul Azzam, atau "Mas Insinyur" karena ia memang dikenal sebagai "Insinyur"- nya dunia masak memasak di kalangan mahasiswa Indonesia di Cairo. Entah kenapa, mendengar pujian dari Eliana itu, ia merasakan kebahagiaan dengan nuansa yang sangat lain. Kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelu mnya.

Ia tersenyum sendiri. Kedua matanya memandang ke arah pantai. Dua orang muda-mudi Mesir berjalan mesra menyusuri Pantai Cleopatra yang berada tepat di depan hotel.

Ia tersenyum sendiri. Entah kenapa tiba-tiba berkelebat pikiran, andai yang berjalan itu adalah dirinya dan Eliana. Alangkah indahnya.
Astaghfirullal!la ber ist ig h far .
Ia merasa apa yang berkelebat dalam pikirannya itu
sudah tidak dianggap benar.