Ketika Cinta Bertasbih bag:3

Ia mengalihkan pandangannya jauh ke tengah laut Mediterania. Nun jauh di sana ia melihat tiga kapal yang tampak kecil dan hitam. Kapal-kapal itu ada yang sedang menuju Alexandria, ada juga yang sedang meninggalkan Alexandria. Sejak dulu Alexandria memang terkenal sebagai kota pelabuhan yang penting di kawasan Mediterania. Pela- buhan utama Alexandria saat ini ada di kanan dan kiri kawa- san Ras El Tin dan kawasan El Anfusi. Dua kawasan itu terletak di semenanjung Alexandria lama. Di ujung seme- nanjung itu berdiri dua benteng bersejarah Yaitu Benteng Qaitbai dan Benteng El Atta.

Dari jendela kamarnya ia bisa melihat Benteng Qaitbai itu di kejauhan. Kedua matanya kembali mengamati tiga kapal yang letaknya berjauhan satu sama lain. Ia edarkan pan- dangannya ke kiri dan ke kanan. Laut itu terlihat begitu lu as dan kapal itu begitu kecil. Padahal di dalam kapal itu mungkin ada ratusan manusia. Ia jadi berpikir, alangkah kecilnya manu- sia. Dan alangkah Maha Penya-yangnya Tuhan yang menji- nakkan lautan sedemikian luas supaya tenang dilalui kapal kapal berisi manusia. Padahal, mungkin sekali di antara manu- sia yang berada di dalam kapal itu terdapat manusia-manusia yang san gat durhaka kepada T uhan. T oh begitu, T uhan masih saja menunjukkan kasih sayangNya. Ia jinakkan lautan, yang jika Ia berkehendak,Ia bisa menitahkan ombak untuk meneng- gelamkan kapal itu dan bahkan meluluh-lantakkan seluruh isi Kota Alexandria. Ia teringat firman-Nya yang indah,

"T idakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, agar diperlihatkan-N ya kepadamu sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya. Sesung- guhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kebesaran- N ya bagi setiap orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur."

Ia terus memandang ke laut Mediterania. Laut itu telah menjadi saksi sejarah atas terjadinya peristiwa peristiwa besar yang menggetarkan dunia. Perang besar yang berkobar kare na memperebutkan cinta Ratu Cleopatra terjadi di laut itu. Pertemuan bersejarah yang diabadikan dalam Al-Quran an- tara Nabi Musa dan Nabi Khidir, konon, juga terjadi di salah satu pantai laut Mediterania itu.

"Laut yang indah, penuh nilai sejarah," lirihnya pada diri- nya sendiri. "Akankah aku juga akan mencatatkan sejarahku di pantai laut ini?" Ia berkata begitu karena nanti malam ada jadwal makan malam bersama selur uh staf KBRI di Pantai El Mumtazah. la yakin akan bertemu lagi dengara Eliana disana.

Matahari terus berjalan mendekati peraduannya. Sinar- nya yang kuning keemasan kini mulai bersulam kemerahan. Ombak datang silih berganti seolah menyapa dan menciumi pasir-pasir pantai yang putih nan bersih. Terasa damai dan indah. Menyaksikan fenomena alam yang dahsyat itu Azzam bertasbih, "S ubhanallah. Maha Suci Allah yang telah mencip t akan alam seindah ini."

Ya, alam bertasbih dengan keindahannya. Alam bertasbih dengan keteraturannya. Alam bertasbih dengan pesonanya. Segala keindahan, keteraturan dan pesona alam bertasbih, menjelaskan keagungan Sang Penciptanya. Bertasbih, menyu- cikan T uhan dari sifat kurang. Keindahan senja sore itu men- jelaskan kepada siapa saja yang menyaksikannya bahwa Tuhan yang menciptakan senja yang luar biasa indah adalah T uhan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Sempurna ilmu-Nya.

Siang malam, senja, dan pagi bertasbih. Matahari, udara. laut, ombak dan pasir bertasbih. Semua benda yang ada di alam semesta ini bertasbih, menyucikan asma Allah Semua telah tahu bagaimana cara melakukan shalat dan tasbihnya. Dengan sinarnya, matahari bertasbih di peredarannya. De- ngan hembusannya udara bertasbih di alirannya. Dengan gelombangnya ombak berta sbih di jalannya. Semua telah tahu bagaimana cara menunjukan tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Kuasa.
Keteraturan alam semesta, langit yang membentang tan- pa tiang, pergantian siang dan malam, lautan luas memben- tang, gunung gunung yang menjulang, awan yang membawa air hujan, air yang menumbuhkan tanam-tanaman, proses penciptaan manusia sembilan bulan di rahim, binatang-bina- tang yang menjaga ekosistem dan keteraturar-keteraturan lainnya, itu semua menuniukkan bahwa ada Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Sempurna. Dzat yang kekuasaan-Nya tidak ada batasnya. Dzat yang menciptakan itu semua. Dan Dzat itu adalah Tuhan Penguasa alam semesta. Dan jelas Tuhan itu hanya boleh satu adanya. Tak mungkin dua, tiga dan sete- rusnya. Tak mungkin.

Sebab, jika T uhan itu lebih dari satu pastilah terjadi keru- sakan di alam semesta ini. Sebab masing-masing akan merasa paling berkuasa. Masing-masing akan memaksakan keinginan - Nya. Mereka akan berkelahi. Misalnya satu menghendaki ma- tahari terbit dari timur, sementara yang satu menghendaki matahari terbit dari barat. T erjadilah perseteruan. Dan rusak- lah alam.

Ternyata matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat, dengan sangat teraturnya. Matahari tak pernah terlam- bat terbit. Matahari juga tak pernah bermain main, belari-lari ke sana kemari di langit seperti anak kecil bermain bola atau petak umpet. Ia beredar di jalan yang ditetapkan Tuhan untuknya. Dan selalu tenggelam di ufuk barat tepat pada waktunya. Keteraturan ini menunjukkan, Tuhan Yang Men- ciptakan alam semesta ini adalah satu. Yaitu ‘Allah Wa Jalla, T uhan Yang Maha Kuasa.

Tuhan yang menciptakan alam semesta ini, yang tak terbatas kekuasaan-Nya itu memang tak mungkin berjumlah lebih dari satu. Sebab seandainya T uhan lebih dari satu, lalu mereka sepakat menciptakan matahari, misalnya. Maka ada dua kemungkinan di sana. Pertama, Tuhan yang satu men- ciptakan,sementara T uhan yang lain berpangku tangan. T idak berbuat apa-apa. Dengan begitu, bisa berarti bahwa Tuhan yang tidak berbuat apa apa itu tidaklah T uhan yang berkuasa. Sia-sia saja ia jadi T uhan. Sebab, pada saat matahari diciptakan..